Budaya Sesiahan (Cara Berpacaran Orang Ranau)


Sesiahan merupakan adat istiadat yang mengakar dari peninggalan nenek moyang yang di wariskan dan terjaga dari masa kemasa, dari generasi ke generasi yang telah tercipta dari peradaban Ranau bermula.

Sesiahan
adalah suatu cara kominikasi  yang unik, yang di ciptakan oleh para leluluhur dalam menjembatani hubungan antara bujang dan gadis, yang tentunya terkukung oleh norma norma adat dan agama. Dengan sesiahan hubungan sosial antara kedua pasangan bisa terjalin dengan indahnya

Seiring dengan perkembangan zaman, dan kemajuan teknologi, sesiahan ini bukan lagi menjadi suatu hal yang biasa di lakukan, dimana sebagian masyarakat sudah menganggapnya "KAMPUNGAN" dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, padahal  budaya  ini mestinya harus di lestarikan, supaya kelak bisa terwarisi di anak cucu kita dan generasi penerus kita hingga akhir zaman.

Tidak sedikit bangsa di dunia ini yang mengalami keterpurukan karena tidak memperdulikan atau melenceng dari garis garis budaya bangsanya, dan alangkah mengerikannya jika suatu saat tidak hanya sesiahan dan sebambangan yang menghilang dari muka bumi, bahkan mungkin suatu saat Bahasa Ranau pun akan hilang dan terlupakan, karena masyarakat kita lebih menyukai budaya luar yang  belum tentu sesuai dengan kepribadian kita sendiri. Ini sangat mungkin terjadi karena sebagian generasi muda lebih menyukai menggunakan bahasa kota seperti Palembang, Tanjung Karang, Jakarta, agar terdengar lebih gaul, hal ini bukanlah suatu yang negatif, namun secara tidak langsung itu bisa menyebabkan tergerusnya bahasa daerah kita yang semestinya harus kita jaga dan lestarikan, bisa kita lihat ada berapa orang di pasar yang berbahasa ranau ketika bertransaksi walaupun, mereka tahu lawan bertransaksi itu memahami bahasa Ranau. Berapa banyak anak, teman saudara kita yang mampu berbahasa ranau dengan  pasih.

Pendapat sebagian orang, budaya sesiahan mestinya tetap terlestari, sebagian masyarakat mungkin menganggap hal itu lebih banyak negatif nya dari pada positifnya, namun itu tergantung dari siapa dan apa niat dari yang menjalaninya. Sebenarnya tidak ada suatu budaya yang di ciptakan untuk merusak moral generasinya.

Sebagian dari nara sumber kami berpendapat:
"Kenapa harus capek capek sesiahan , telpon aja atau tidak ya sms"

Suatu ungkapan yang wajar untuk zaman  sekarang, namun mari kita lihat pengaruh tekhnologi tersebut pada pergaulan sosial dan budaya kita :

Dengan HP, para muda mudi ini lebih leluasa berhubungan, membuat janji bertemu kapan saja dan di mana saja, tanpa kontrol dan sepengatahuan orang tuanya  bahkan bisa bertemu di suatu tempat. Semakin intensive mereka bertemu  dan berkomunikasi tanpa sepengetahuan orang tua, maka kemungkinan-kemungkinan untuk suatu hal yang negatif sangat  mungkin terjadi.

Tidak seperti sesiahan :
Selain ini adalah sebagai adat budaya, ke istimewaan dan proteksi dari orang tua juga lebih terjamin mengapa demikian ?
  • Sesiahan (yang sebenarnya) Komunikasi  dilakukan terpisah jarak oleh dinding sehingga kemungkinan negative harusnya lebih terhindari 
  • Untuk melakukan pertemuan (yang sebenarnya menurut adat dan budaya") di  lakukan di suatu tempat umpama di rumah kerabat/atau teman dan si gadis harus membawa  teman atau kerabatnya juga agar terhindar dari godaan Sayton. 
  • Karena sesiahan di lakukan di rumah, di waktu tertentu (hanya malam )kedua belah fihak lebih menjaga diri masing masing ( lelawa bangik bangik ngeramol, bak ni debah ngusung penduyu, lukak tukak bumbong di gajul bak ni muli ) 
  • Dan sesiahan itu, dilakukan malam di waktu tertentu, dengan cara tidak menyolok tentunya mempunyai "TANTANGAN TERSENDIRI " yang tidak semua orang bisa merasakannya Khususnya generasi  sekarang
Sebenarnya ada  banyak  lagi alasan yang menurut pendapat saya , sesiahan lebih aman khususnya bagi para gadis,  satu hal yang pasti dalam Sesiahan ada KODE ETIK yang semestinya harus dipatuhi oleh kedua belah pihak agar mereka tetap dalam koridor  norma agama tentunya.

Agar budaya ini tetap terjaga tidak hanya  dalam obrolan, dan wacana saja, semua pihak harus beperan, tidak hanya genersi muda namun para orang tua juga harus ikut melestarikanya, dengan cara paling tidak menghimbau dan menceritakan keluhuran budaya nenek moyang kita (dang ti cekhitako sek ngeramolni rik sek kuruk dapokh ni)

Selanjutnya, generasi sekarang lah yang menentukan, apakah akan melestarikan budaya sukunya atau membiarkan anak cucu mereka melupakan dan tidak mengetahui identitas budaya mereka.


*note: Mohon maaf apabila terdapat kekeliruan pada isi dari tulisan diatas, sudi kiranya untuk memberitahukan kepada kami agar dengan segera bisa kami periksa dan diperbaiki kembali, terimakasih.

Sumber: se-ranau[dot]blogspot[dot]com.

Comments

Popular Posts